Selamat Membaca

Blog ini merupakan perwakilan lemari kecil yang menampung tumpukan buku-buku yang ada di kamar tercinta saya. Dengan senang hati saya menerima ajakan dan tawaran teman-teman yang ingin berbagi informasi buku, pinjam meminjam buku, bedah buku, launching buku. Kirimkan e-mail ke ikanuri@gmail.com bagi teman-teman yang berminat untuk berbagi mengenai kecintaan dan kegiatan yang berhubungan dengan buku.

Senin, November 24, 2008

Mbeling











Buku : Mbeling

Penulis : Remy Sylado

Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)

Ukuran : 14,5 x 19 cm

Halaman : 254 halaman

Harga : Rp.10.000,- (harga pameran)


Inilah buku pertama yang memuat puisi-puisi mbeling karya Remy Sylado, pencetus gerakan puisi mbeling, dari 1971 sampai 2003. Dipilih sendiri oleh sang penyair, 143 puisi dalam buku ini akan membuat kita tersenyum, tertawa terbahak-bahak, atau merenung. Namun jangan salah sangka, di dalam kelakarnya Remy sebenarnya sedang bersikap serius. Dia menelanjangi sikap feudal dan munafik masyarakat kita, terutama di kalangan pemimpin bangsa.


Karya Remy Sylado yang pertama kali saya beli dan miliki adalah buku tentang perdagangan wanita di Indonesia, Mimi La Mintuna. Buku Mbeling ini adalah buku karya Remy yang kedua yang saya beli dan miliki. Saya tidak tahu kalau ternyata beliau menulis puisi juga selain novel-novelnya ia tulis, antara lain: Cau Bau Kan, Paris Van Java, Menunggu Matahari Melbourne, dan masih banyak lagi.


Saya dapatkan buku puisi Mbeling ini saat event pameran buku beberapa minggu lalu (14 November 2008). Saya beli dengan seharga Rp. 10.000,-. Selain penawarannya yang murah, yang luar biasa lagi adalah isi buku puisinya. Saat saya membuka buku Mbeling ini saya tidak berhenti membaca sampai habis. Puisi-puisinya menyimpan makna dalam, walaupun banyak kata-kata yang ia tulis berkesan nyeleneh dan tidak sedikit pula cemoohan.


Buat saya karyanya luar biasa sekali, Remy tulis semua puisi ini secara lugas, tegas, terbuka, tajam, dan bermakna. Setiap kalimatnya memiliki arti dan pesan yang dengan mudah kita tangkap.


Tidak sedikit memang tulisannya berisi tentang kritik kepada masayarakat dan pemerintahan Indonesia. Memprotes, menyindir, mencemooh kelakuan masyarakat dan pemerintah bangsa yang bertopengkan kemunafikan. Tapi dari situlah puisi-puisinya menjadi karya yang luar biasa.


Berikut ini beberapa cuplikan puisi Remy Sylado pada buku Mbeling


Dendam Pada Imperialisme – Kolonialisme


Indonesia bangsa

Belanda bangsat


Bandung 1972 (Remy Sylado)



Telor-telor

Dua telor

Martabak special

Tiga telor

Martabak istimewa

Empat telor

Sepasang homosek


(Remy Sylado)



Dua Daya


Motivator

Berbicara tentang

Memberdayakan rakyat

Koruptor

Berbicara tentang

Memperdayakan rakyat


(Remy Sylado)



Selasa, November 11, 2008

Indonesia Book Fair ke-28

Indonesia Book Fair ke-28
The Heritage of Ranah Minang

12-16 November 2008

Main Lobby & Assembly Hall
Jakarta Convention Center

Jam Buka Pameran
10.00-21.00 WIB


Jadwal Acara:

Rabu, 12 November 2008
- CYBER ART Lomba menggambar tingkat TK dan SD
- SALAMADANI Talkshow Buku “Keep Smilling Mengasuh Anak Tanpa Panik” by Shahnaz Haque
- GOODREADS INDONESIA Komunitas Pembaca fan Manfaatnya Buat Dunia Perbacaan Indonesia
- MIZAN Generasi Muda Sadar Sejarah : Ngobrol Bareng E.S Ito, Penulis Buku “Rahasia Meede”
- GOODREADS INDONESIA Baca Itu Seru : Menuju Pembaca Aktif

Kamis, 13 November 2008
- CV ANGKASA Peluncuran Buku “Ensiklopedi Tasawuf”
- PENERBIT ERLANGGA Talkshow “Pidato-pidato Yang Mengubah Dunia”
- SALMADANI Talkshow Buku “Aku Anak Matahari” by Gola Gong
- CYBER ART Workshop Storytelling untuk guru

Jum’at, 14 November 2008
- GRAFINDO Book Launching “The Blings of My Life” by Lala Purwono
- NIAGA SWADAYA Talkshow “Jangan Takut Mulai Bisnis” Pembicara Richie Indrajaya (Praktisi Bisnis)
- YAYASAN OBOR INDONESIA Peluncuran dan diskusi Buku “Tan Malaka”
- RAJA GRAFINDO Talkshow Buku “Marketing Bahlul” bersama penulis Syakir Sula
- PENERBIT BUKU KOMPAS Talkshow
- Tiga Serangkai Launching Buku Half Mask

Sabtu, 15 November 2008
- NIAGA SWADAYA Puspa Swara English Competition Present Storytelling Contest Winners Ceremony
- PENERBIT BUKU KOMPAS Talkshow
- READERS DIGEST INDONESIA Talkshow
- PENERBIT ERLANGGA Duta Baca 2008 : Alena
- NIAGA SWADAYA Talkshow& Demo “Variasi Makanan Sehat Bayi Oleh Pakar Gizi & Kuliner Sehat” Pembicara Wied Harrry Apriadji
- REPUBLIKA Jumpa Penulis Buku “BIdadari-Bidadari Surga” Tera Liye
- NIAGA SWADAYA Demo “200++ Tip Anti Gagal Membuat Kue Cake & Roti” Pembicara : Purbo Yudowinoto (Pakar Kuliner)
- C-PUBLISHING Talkshow Buku Travelling Terlaris di Indonesia “Jadi Backpackers yuk Bersama Trinity”
- TIGA SERANGKAI Launching Buku “Menerbitkan Buku Itu Gampang”


Minggu, 16 November 2008
- GANECA EXACT Scientifica Cerdas Cermat
- NIAGA SWADAYA Talkshow & Demo “Panduan Makanan Lengkap Bayi” Pembiacara Dra. Emma Pandi Wirakusamah, MSc (Ahli Gizi)
- GRAFINDO Bedah Buku “Blind Power” by Eko Ramaditya
- WIZARD PMK Nation
- REPUBLIKA Jumpa Penulis Buku Ipung Ke-2 Priegs
- NIAGA SWADAYA Talkshow “Menata dan Memilih Furnitur Simpel Minimalis” Pembicara : Hari Budi. S (Praktisi Interior)

Minggu, November 09, 2008

Kegiatan Tulis Menulis di TOBUCIL

Halo Sahabat,

Sudah pernah dengar apa itu TOBUCIL?

TOBUCIL kepanjangan dari Toko Buku Kecil. Menyediakan dan mejual koleksi-koleksi buku, selain itu juga menyediakan sarana dan prasarana untuk para sahabat yang mempunyai hobi antara lain membaca, menulis, origami dan merajut. Makanya TOBUCIL ini biasa sering disebut TOBUCIL & KLABS.

Selain menjual beragam jenis buku, TOBUCIL juga biasa sering melakukan kegiatan tulis menulis (sesuai dengan sebutannya tadi ya, KLABS). Di TOBUCIL ada klab khusus untuk menulis, jadwal yang disediakan adalah:

-Senin-
Klab menulis eksperimen (kelas pemula)
Pukul 17.00 - 19.00 WIB
Kelas angkatan 4 dimulai pada bulan Desember 2008 - Februari 2009

-Kamis-
Klab menulis eksperimen (kelas lanjutan) dengan teman menulis Biography
Pukul 17.00 - 19.00 WIB

Nah, itu tadi jadwal-jadwal kegiatan klab menulisnya. Selain itu juga TOBUCIL menyelenggarakan beberapa event pelatihan-pelatihan atau worksho menulis juga, lho.

Berikut ini jadwal kegiatan workshop TOBUCIL & KLABS bulan Oktober-Desember 2008

22-23 November 2008
Workshop Menulis Artikel untuk Media Massa
bersama Farid Gaban (angkatan III)

10-11 Desember 2008
Workshop Menulis Feature Perjalanan
bersama Farid Gaban (angkatan 1)

So, bagi para sahabat yang mencari pelatihan-pelatihan dan klab menulis, bisa langsung saja berkunjung ke TOBUCIL & KLABS, buka setiap Senin - Minggu, pukul 8.30 - 20.00 WIB.
Informasi kegiatan TOBUCIL & KLABS lebih lanjut dapat menghubungi ke:
Jl. Aceh No.56, Bandung.
Telepon : 022-4261548
Atau buka blog TOBUCIL untuk berita-berita kegiatan dan jadwal TOBUCIL di : www.tobucil.blogspot.com


Pulang (Kumpulan Cerita Pendek)



Buku : Pulang (Kumpulan Cerita Pendek)

Penulis : Happy Salma

Penerbit : Koekoesan

Ukuran : 12 x 18 cm

Halaman : 120 halaman

Harga : Rp.28.500,-

Buku pertama yang ditulis Happy Salma ini dikemas dengan sederhana dan cantik. Ukuran bukunya yang relatif kecil dibanding buku-buku bacaan novel atau cerpen lainnya ini tetap memberikan isi cerita yang mengandung nilai dan kualitas yang indah dan menarik.

Kita ketahui, Happy Salma adalah seorang selebritis yang selalu dikepung cahaya. Namun ia menulis dalam kesunyian. Baginya, yang terpenting bukan naiknya grafik penjualan melainkan aktualisasi dirinya.

Pesan apa yang ingin diloloskan Happy?

Penerbit menuliskan, cerpen-cerpen Happy berbicara tentang pulang kampong. Pulang adalah kerinduan yang tak letih terhadap yang pernah. Yang pernah adalah suatu yang akrab. Bau tanah selepas hujan yang memudar seiring perjalanan jaman. Hampir semua cerpen Happy berbicara tentang yang pernah sebagai keakraban. Keakraban yang mulai menjauh dari diri sang tokoh.

Simak cerpennya berjudul “pulang”. Di situ sang tokoh meratapi alam di kampungnya yang rusak oleh modernisasi. Ia mengeluh. “Kemana hamparan sawah, pohon karet yang tinggi langsing berjajar rapi, dan juga pohon-pohon rindang lainnya? Semua terbabat habis, kemana mereka?” (hal 108).

Alam yang begitu karib sudah demikian asing sekarang. Namun, si tokoh pun tak hanyut dalam ratapan. Dengan tegas ia menghardik, “Di hadapan kami hanya ada kerangka-kerangka bangunan. Besi dan beton membuat perut bumi pun terkoyak, menimbulkan luka berwarna merah kecoklatan…”. (Hal 109).

Terlepas dari muatan tematis dalam cerpen-cerpen Happy, proses kreatifnya sendiri adalah sebuah perjalanan panjang untuk pulang. Kepenulisan Happy adalah perjalanannya pulang menuju kesahajaan. Kesahajaan yang sekarang semakin tersamar oleh gempita dunia yang baru ditapakinya. Bagi Happy, menulis bukan sekedaar pewartaan melainkan juga pergulatan batin yang pernah dijalaninya. Ia tak bisa kembali. Tetapi mengingatnya dan berbagi adalah kebahagian tersendiri. Ia ingin melantunkan itu semua bagi siapa saja yang ingin berteman batin dengannya. Bahwasannya tak ada yang lebih indah ketimbang memiliki ingantan tentang sesuatu yang pernah. Entah apa. Tetapi yang pasti itu hinggap di sanubari setiap insan.


Tidak banyak berbeda dengan hal pendapat saya untuk buku pertama Happy ini. Tulisannya mengalir sederhana, memberikan gambaran-gambaran yang mudah dan sering kita jumpai sehari-hari. Rasa rindu, suka, duka, kecewa, digambarkan Happy dengan baik. Tulisan yang sederhana, namun syarat makna. Sama seperti apa yang dituliskan penerbit. Hinggap di sanubari setiap insan. Termasuk saya dan pembaca yang budiman. Selamat membaca.

Sabtu, November 08, 2008

Buyat, hari terus berdenyut
















Buku : Buyat - hari terus berdenyut

Penulis : Denny Taroreh, Jamal Rahman; pengantar: AS Laksana

Penerbit : Banana Publisher

Ukuran : 21 x 21 cm

Halaman : 118 halaman

Harga : Rp. 60.000,-


Menurut saya buku ini buka yang sangat cantik. Didalamnya berisi hasil jepretan-jepretan DENNY SE TAROREH, dengan puisi yang cantik pula karya JAMAL RAHMAN dan KATAMSI GINANO.

Sang photographer mengabadikan gambar-gambar warga di Buyat Pante dengan luar biasa. Berawal Denny datang dan menembakkan kameranya pada hari ketika warga Buyat melakukan eksodus besar-besaran ke Duminanga, Juni 2005. Dari situ ia menyajikan kepada kita gambar-gambar dramatis yang terekam oleh kameranya pada saat itu. Orang-orang yang mengangkut barang-barang mereka. Wajah-wajah murung. Rumah yang dibakar. Denny memotret; Jamal menulis puisi. Buku mereka terbit dengan judul Eksodus ke Tanah Harapan.

Beberapa waktu setelah eksodus itu, Jamal dan Denny datang lagi ke Buyat Pante. Mereka memotret lagi. Tidak semua warga Buyat meninggalkan dusun mereka pada hari eksodus; sebagian warga yang eksodus pun beberapa waktu kemudian meninggalkan tanah harapan mereka dan pulang lagi ke tanah semula. Mereka kembali melaut dan merayakan tangkapan-tangkapan besar mereka. Anak-anak kecil bermain-main. Denny dan Jamal mengabadikan momen-momen keseharian itu.

Buku yang disajikan dengan indah, gambar-gambar yang memberikan pesan langsung dari warga Buyat Pante menghiasi tiap halamannya, dengan kumpulan-kumpulan kata indah tergores mendampingi gambar-gambar. Ditambah dengan pengantar yang dibuat oleh AS Laksana menambah makna arti dari isi buku yang disajikan ini makin dalam.

Sedikit cuplikan puisi-puisi Jamal dan Katamsi yang tergores di Buyat: hari terus berdenyut.


Harap

Aku telah berniat
Menjalin sejumput asa
Meski di hadapan
Hanya sebongkah harap
Dan di belakang
Seuntai mimpi

-Jamal Rahman, 2007-




Memang


Pilihan
Terus melangkah atau berpaling
Memang harus yang diabaikan

-Jamal Rahman, 2007-



Di mana Kau Kawan?


Aku belum bisa membaca almanak
Untuk tahu berapa musim telah merindukanmu
Bermain pasir dan pokok-pokok
Yang dihempas ombak di sini

-Katamsi Ginano, 2007-

Minggu, September 14, 2008

Selingkuh Itu Indah



Buku : Selingkuh Itu Indah

Penulis : Agus Noor

Penerbit : Galang Press

Ukuran : 11 x 18 cm

Tebal : 172 halaman

Harga : (Lupa, belinya di tahun 2004)







Buku ini saya dapatkan dan saya beli di rumah baca dan toko kecil yang menjual banyak buku yaitu di Tobucil, yang bertempat di jalan aceh no 56, Bandung.

Dilihat dari judulnya sudah menarik perhatian saya. Selingkuh itu Indah, memang ya? Tak perlu llama berpikir, saya pun mengambil dua buku sekaligus dan membelinya, satu bukunya akan saya hadiahkan untuk sahabat di kantor.

Buku ini berisi beberapa cerpen-cerpen yang dibuat oleh Agus Noor, antara lain :
Pulang
Kupu-kupu Kuning Kemilau
Iris, Istri Paling Setia di Dunia
Boneka
Selingkuh Itu Indah
Episode
Kau Tahu Betapa Aku Mencintaimu, Kekasihku
Kaki Yang Jelita
Angin Terjepit Bebatuan
Anaura
Nocturno
Perkawinan
Dongen Hitam Buat Kekasih
Sahabat
Solitude
Teror
Epilog Cinta

Kesan yang saya tangkap, karya Agus Noor ini benar-benar lugas dan tegas. Saya sangat setuju dengan pendapatnya Ayu Utami yang diberikannya untuk karya Agus Noor ini.
“ Fiksi tidak berkomentar, ia bereaksi. Tapi memilih judul adalah keputusan, disadari atau tidak. Sebab fiksi mengalir, dan judul menghentikan. Agus Noor telah memilih dari banyak kenungkinan, Selingkuh Itu Indah. Adakah itu keputusan. Adakah itu godaan. Adakah itu tantangan.” AYU UTAMI.

Kalau dilihat dari judulnya, pasti anda semua berpikir didalam buku ini akan memberikan bagaimana rasa berselingkuh yang indah, atau bagaimana cara berselingkuh itu. Karya Agus Noor ini benar-benar membawa kedalam kehidupan nyata yang sudah tidak asing lagi dalam kehidupan sehari-hari kita. Bukan khalayan atau andai-andai, tapi suatu perilaku yang dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, disekeliling kita. Persahabatan, Perkawinan, Cinta segitiga, perselingkuhan, pengkhianatan, cemburu, dan obsesi, ditampilkan secara tegas dan lugas oleh sang penulis.

Ada satu cerita yang menjadi cerita kesukaan saya, yaitu Iris, Istri Paling Setia di Dunia. Berikut sedikit cuplikannya:

Sampai suatu malam, Butet pulang lebih awal. Tapi tetap saja sudah agak sempoyongan. Entah kenapa, ia tak begitu bergairah menghabiskan malam. Ia ingin pulang, dan tidur. Mungkin karena badannya yang sedikit tak sehat. Rasanya begitu capai. Ia benar-benar ingin tidur, lelap. Biar besok bisa kembali berpetualang, bersama Lila, Widya, Merry, Yani, Dilla, atau perempuan mana saja. Ia masuk rumah dengan kepala penuh kenangan terhadap mereka yang pernah dikencaninya. Ia masuk begitu saja. Sempoyongan. Sampai


Kenapa kamu,Er?

Tak apa-apa.

Kamu bosan dengan semua ini?

Bagaimana dengan suamimu?

Biarkan dia merasa bebas di luar! Biasanya ia pulang menjelang subuh. Sudahlah, kenpa kita mesti ngomongin laki-laki tak tahu diri itu?

Ia tak tahu hubungan kita?

Laki-laki itu terlalu bangga dengan kedunguanya. Ia tak pernah tahu, sesunggunya, betapa piciknya dia! Menyangka selama ini aku setia padanya…

Ck ck ck…

Aduh!

Lagi, ya…

Er, benarkah kamu masih mencintaiku?

Harusnya aku yang bertanya seperti itu padamu, Ris…

Tak ada jawaban, selain derit ranjang, yang disusul desah bertahan dengan lenguh panjang.
Sementara Butet, laki-laki yang selama ini selalu merasa menguasai dunia itu, tercekat di gigir pintu, gamang. Kedua kakinya begitu gemetar.

The Secret of Sleep



Buku : The Secret Of Sleep

Penulis : Eko Sugiarto

Penerbit : Prestasi Pustaka Publisher

Ukuran : 11 x 19.5 cm

Tebal : 76 halaman

Harga : Rp. 17.000,-






Kesibukan manusia di zaman ini terkadang membuatnya lupa bahwa sebenarnya tubuhnya butuh istirahat. Karena lupa istirahat, ketika jatuh sakit manusia baru sadar bahwa selama ini waktunya untuk beristirahat sangat kurang. Sakit adalah respon alami dari tubuh kita yang keletihan. Bentuk istirahat yang paling baik adalah tidur. Lantas, mengapa tidur dikatakan sebagai istirahat yang paling baik? Lalu berapa jamkah waktu yang mesti kita alokasikan untuk tidur dalam sehari? Bagaimana ciri-ciri tidur yang berkualitas? Bagaimana melawan insomnia tanpa harus mengkonsumsi obat? Bagaimana cara memprogram tidur agar bisa bangun pada jam tertentu sesuai dengan yang kita inginkan?

Sedikit cuplikan pengantar dari penulis diatas membuat kita ingin mengetahui lagi lebih dalam mengenai tidur. Umumnya yang kita semua hanya mengetahui tentang tidur sebatas suatu kegiatan dimana kita melakukan istirahat untuk melepaskan lelah dengan kondisi diri kita dalam keadaan tidak sadar.

Sebenarnya dibalik itu, banyak rahasia dan manfaat yang terkandung pada kegiatan tidur tersebut. Tidur merupakan aktivitas berisitirahat yang paling baik, tapi tidak semata-mata itu saja, karena tidur merupakan aktivitas yang dapat memberikan kita ide atau inspirasi. Mengapa demikian? Karena meskipun kita sedang melakukan tidur, pikiran bawah sadar kita tetap terjaga dan bahkan berusaha memberikan jawaban dan solusi atas permasalahan kita. Sama persis dengan pengalaman yang dialami oleh penulis, yang dijabarkan dengan jelas dalam buku ini.

Perlu kita ketahui, bahwa sebenarnya tidur itu dapat kita program. Dapat kita atur, sama halnya seperti kita mengatur jadwal kegiatan kita sehari-hari yang kita tulis dalam buku agenda. Kita merasa menjadi manusia yang sok sibuk apabila di buku agenda kita sudah dipenuhi dengan jadwal kegiatan yang seabrek-abrek, sehingga aktivitas tidur yang merupakan salah satu hal yang penting akan dianggap tidak penting karena sudah disibukkan dengan kegiatan lain. Kita contohkan saja, umumnya jam istirahat karyawan yang bekerja di Jakarta itu adalah 1 jam. Untuk makan siang bilanglah perlu 20-30 menit, lalu bagi yang muslim melakukan sholat yang kurang lebih memerlukan waktu 5-10 menit, masih tersisa 20 menitan. Dari sisa waktu tersebut bisa digunakan untuk beristirahat untuk tidur sejenak melepaskan lelah, karena aktivitas tidur siang merupakan aktivitas yang baik.

Selama ini mungkin umumnya semua orang tidak terlalu memperdulikan manfaat dari tidur siang. Padahal dengan kita menyisihkan waktu sedikit saja untuk tidur siang, itu dapat membantu kita menyegarkan fisik dan pikiran yang sudah setengah hari terpakai untuk bekerja, sehingga setelah bangun tidur siang kondisi tubuh kita akan lebih baik untuk meneruskan perkerjaan kembali.

Banyak sekali manfaat dari aktivitas tidur ini, tetapi dikondisi yang berbeda, tidak sedikit juga orang-orang memiliki kesulitan untuk melakukan aktivitas tidur. Jadi, jangankan manfaat tidur,
untuk melakukan aktiitasnya pun sulit. Hal ini sering kita sebut dengan Insomnia. Apa itu Insomnia? Insomnia adalah suatu keadaan seseorang dengan kuantitas dan kualitas tidur yang kurang. Insomnia meliputi gangguan-gangguan yang mengawali, mengiringi, dan mengakhiri tidur.

Kita ketahui bahwa setiap masalah pasti ada solusi dan jalan keluarnya. Sama halnya dengan keluhan ada kesulitan untuk melakukan aktivitas tidur atau keluhan Insomnia. Selama ada keyakinan dan kemauan untuk mencari dan melakukan semua cara untuk sembuh, pasti keluhan-keluhan tersebut akan hilang dan hasilnya pun akan sembuh. Untuk tahu lebih banyak manfaat dari tidur, serta bagaimana mendapat solusi untuk menyembuhkan insomnia, The Secret Of Sleep akan memberikan dan membantu kita mengetahui bagaimana cara mendapat istirahat yang berkualitas. Jagalah pikiran kita agar tetap sehat, sehingga tubuh kita pun akan menjadi tubuh yang sehat.

Selasa, September 09, 2008

Fortunata



Buku : Fortunata

Penulis : Ria N. Badaria

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Ukuran : 13.5 x 20 cm

Tebal : 176 halaman

Harga : Rp. 29.000,-




Si penulis ini merupakan Sang Pengkhayal, yang membawa kita untuk berkhayal juga masuk ke dunia dan kehidupan Layla.

Layla Tul Badaria, Sang pameran utama dalam buku ini menganggap dirinya selalu sial, jauh dari keberuntungan. Apalagi saat rencana kuliahnya yang gagal hanya karena gara-gara kakaknya yang menghamili pacarnya dan harus menikahinya. Sehingga biaya yang harusnya dipakai Layla untuk masuk kuliah, dipaksa rela diberikan kepada kakaknya untuk membiayai pernikahan.

Layla yang digambarkan dengan karakter sebagai perempuan mandiri dan apa adanya ini, menerima dan menjalani hari-harinya dengan semangat untuk tetap merealisasikan impiannya untuk bisa berkuliah. Layla berusaha mengumpulkan uang dengan bekerja di restoran siap saji.

Hari-hari Layla dijalani dengan hal-hal biasa, dengan rutinitas menjadi pelayan restoran, lalu setelah jam kerja Layla pulang ke rumah dan menonton acara favoritnya film seri Korea, yang diperankan oleh Kim Byun Dong. Hingga sampai suatu saat, hari-hari Layla menjadi hari yang tidak biasa, kedatangan seorang sosok laki-laki tampan yang membuat dia takut dan merasa aneh.

Bagaimana tidak aneh, Arta Wijaya si laki-laki itu adalah sosok transparan. Roh yang berusaha untuk bisa masuk kedalam tubuh aslinya yang sedang koma di rumah sakit, karena kecelakaan. Pertemuan Arta dan Layla ini merupakan pertemuan yang tidak disengaja. Berawal dengan ketidaksengajaan roh Arta yang bisa menyentuh tubuh Layla dan tidak bisa untuk benda lain, membuat Arta terus mengikuti Layla.

Setelah kejadian itu pun, Layla benar-benar menghadapi kehidupan yang lain, tetapi tetap dengan predikat kesialannya yang selalu dia banggakan. Sampai suatu hari, dia merasa benar-benar sial. Karena satu hal yang dia rasa sebagai satu keberuntungan dalam hidupnya dengan memiliki Irman Hermawan sebagai kekasihnya, harus menerima telak kabar pernikahan Irman dengan perempuan lain.

Layla yang tak bisa berbuat apa-apa, hanya pasrah menerima semua keadaan yang ada. Arta yang masuk ke dalam kehidupan Layla pun setia menemaninya sebagai teman dan sahabat yang dibalik itu sebenarnya Arta sangat mencintai Layla.

Bagaimana akhir cerita cinta Arta kepada Layla, apakah Arta dapat sadar dari komanya dan mendapatkan cinta Layla? Dan apakah kesialan Layla akan berakhir? Baca bukunya sampai tamat, dan dapatkan nilai moral yang disampaikan langsung oleh si penulis.




Minggu, Agustus 24, 2008

Jelang Ramadhan

Tidak terasa, sudah memasuki bulan suci Ramadhan lagi. Waktu terasa singkat dan cepat, sudah banyak bulan yang kulewati setelah Idul Fitri tahun lalu dengan segala pikiran dan perbuatan yang sengaja dan tidak sengaja bergelimang dengan kesalahan dan dosa.

Untuk semua teman, kawan, lawan, sahabat dan kerabat, saya mohon maaf atas semua kesalahan yang sudah pernah terjadi dengan sengaja maupun tidak sengaja di bulan-bulan lalu.

Mohon Maaf Lahir dan Batin.

Rahasia 2 Perempuan



Buku : Rahasia 2 Perempuan
Penulis : Nani Afrida
Penerbit : Gagas Media
Ukuran : 11.5 x 19 cm
Tebal : 116 halaman
Harga : Rp. 15.000,-






Dua perempuan, satu rahasia : skandal

Frustasi suaminya sakit-sakitan dan nggak sanggup membiayai pengobatannya, Vera pun memutuskan bekerja. Hanya saja, dia sadar betul, menjadi seorang perempuan di dunia kerja yang dikuasi laki-laki, kemungkinan kalah dalam perang promosi dan kenaikan gaji amatlah besar, kecuali… Vera tahu memaikan kartunya dan menang. Vera tidak segan-segan memanfaatkan kecantikan sebagai alat pendongkrak karier.

Dewi, sahabat Vera, selalu merasa dirinya tidak menarik dan alasan itulah yang membuatnya takut berhubungan dengan laki-laki. Namun, ketika dia bertemu Viktor, perasaan minder itu berganti jadi cinta dan percaya diri. Lelaki itu beristri dan justru di situlah letak menariknya. Tak ada komitmen berarti tak perlu khawatir kehilangan.

***

Cerita Dewi:

Saat dia mencoba membuka pintu bungalow, semantara tangannya memapah Helen yang masih meracau, tatapannya tertuju pada sepasang pria dan perempuan yang sedang bercanda ria di depan bungalow yang disewa mereka.

Mereka begitu mesra dan seperti layaknya pasangan yang sedang kasmaran.

Dan Dewi merasa dirinya disambar petir saat dia tahu bahwa lelaki itu adalah Victor.

Lelaki yang tadi mengirim pesan akan rapat mendadak itu, memeluk pinggang seseorang perempuan yang pasti bukan istrinya karena begitu mesra.

Jantung Dewi nyaris copot ketika melihat perempuan itu secara jelas. Rambutnya merah, senyumannya berlesung pipit.

God, bukankah itu Vera?
Vera?
Mungkinkan itu Vera.
Jadi, Victor membatalkan rencana mereka secara mendadak demi Vera?

Kedua insan itu lantas masuk ke dalam ruang bungalow tanpa memperhatikan sekelilingnya. Tertawa-tawa. Kemuadian pintu itu tertutup rapat.

Di saat yang sama, pintu bungalow juga terbuka. Dengan gemetar, Dewi memapah Helen masuk ke dalam kamar. Dadanya berdegup.

Hanya sepuluh meter dari dirinya, Dewi harus menelan kenyataan kalau lelaki yang sangat disayanginya sedang berselingkuh dengan sahabatnya.



Cerita Vera:

Dewi mencoba tersenyum namun dadanya sakit saat mengingat adegan Victor memeluk mesra pinggang Vera, kemudian suara pintu bungalow tertutup menelan tubuh mereka.

Thanks Ver. Aku mau pulang dulu, ya. Aku nggak enak badan,” katanya seraya membuka dompet.

Saat Dewi mengeluarkan lembaran uang, sebuah foto lelaki muda di dalam dompet itu mengusik Vera.

Loh, kok foto Erwin ada di dompet Dewi?
Tubuh Vera tiba-tiba menciut.

Thanks atas curhat-curhatan kita ini, thanks udah jadi sahabatku, Ver,” kata Dewi memeluk sahabatnya.

Vera mencoba tersenyum.

“Sama-sama, istirahat, yah. Nanti aku telepon,” Tubuh lunglai Dewi melangkah menjauh. Dan Vera duduk terhenyak.

Apakah Dewi tahu semua ini?

Tiba-tiba Vera merasa sekelilingnya berputar.


Penasaran? Baca langsung bukunya untuk dapatkan kelanjutan ceritanya…





Ways to Live Forever


Buku : Ways to Live Forever - Setelah AKu Pergi
Penulis : Sally Nichols
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Ukuran : 13.5 x 20 cm
Tebal : 216 halaman
Harga : Rp. 38.000,-

Ways to Live Forever adalah buku harian Sam yang berisi daftar-daftar, cerita-cerita, foto-foto, berbagai pertanyaan dan fakta yang dikumpulkannya selama minggu-minggu terakhir kehidupannya dan kematian membuat buku ini menjadi salah satu buku yang paling membangkitkan semangat dalam menghadapi salah satu fakta kehidupan yang tak terelakkan.


Sam sebagai tokoh utama di dalam buku ini. Umurnya sebelas tahun, mengidap penyakit leukemia. Dengan kondisinya tersebut, Sam tetap melakukan aktivitas sekolah, dengan belajar di rumah bersama sahabatnya Felix, yang mengidap penyakit sama seperti Sam. Mrs. Willis sebagai guru mereka mengajarkan hal-hal dan kegiatan-kegiatan menarik, seperti membuat gunung berapi yang benar-benar bisa meletus, memasak makanan Romawi, dan membuat api dengan kaca pembesar. Mrs. Willis datang seminggu tiga kali, setiap hari Senin, Rabu dan Jum’at. Sesuai dengan tugas Mrs. Willis sebagai guru Sam dan Felix, kehadirannya bukan hanya mengajar saja, Mrs. Willis juga memberikan motivasi dan pelajaran kepada Sam dan Felix untuk menggunakan waktu mereka sebaik mungkin untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi orang lain dan dirinya.


Sam tinggal bersama Dad, Mum, dan Ella adiknya. Anggota keluarga mempunyai tugas masing-masing. Mum yang mengurus Sam dan Ella, membersihkan rumah, memasak, dan mengantar Ella ke Sekolah. Dad yang selalu sibuk dengan perkejaannya, sehingga sedikit waktunya untuk bermain dengan Sam dan Ella. Ella yang mempunyai kegiatan sendiri, tidak terlalu dekat dengan Sam, tetapi dia menyayangi Sam sebagai kakaknya. Sam mempunyai kegiatan sendiri juga, selain bersekolah dan belajar bersama Felix sahabatnya, Sam melakukan hal-hal yang semata-mata ingin merealisasikan impiannya, seperti menjadi ilmuwan terkenal menemukan ini itu dan menulis buku-buku tentang semuanya, memecahkan rekor dunia, yang jelas bukan rekor atletik, tetapi rekor untuk semua yang konyol. Menonton semua film horor yang tidak boleh ditonton, film-film berlabel 15 tahun keatas, atau 18 tahun keatas. Naik eskalator untuk turun, dan turun eskalator untuk naik. Melihat hantu. Menjadi remaja, melakukan kegiatan-kegiatan remaja, misalnya minum-minum, merokok, dan punya pacar. Naik balon Zeppelin, dan naik pesawat luar angkasa dan melihat Bumi dari luar angkasa.


Buku ini menyajikan harapan dan kegiatan Sam sebelum dia menghadapi kematian karena penyakit yang diidapnya. Tetapi buku ini tidak menyajikan ratapan akan takut kematian, melainkan rasa ingin tahu apa itu mati dan memberikan inspirasi kepada pembacanya untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat dan sesuatu yang diimpikan menjelang ajal. Sam mengajarkan kepada pembacanya untuk tidak takut akan mati, tetapi pergunakan sisa waktu menghadapi kematian dengan hal melakukan hal yang belum sempat dilakukan.


Cerita yang ringan membuat pembaca tidak bosan membacanya, walaupun buku ini berisi buku harian seorang anak berumur 11 tahun, tapi buku ini tetap enak dinikmati.


Mau tau bagaimana asiknya membaca tulisan Sam? Cepat dapatkan bukunya, dan nikmati dunia Sam yang penuh petualang.

Rabu, Juli 16, 2008

Kerudungku Malang : Sebuah Percikan Permenungan

Dua hari lalu saya mendapatkan Email dari seorang teman baru (eterrycb@........) : "Mbak, ketika saya iseng-iseng browsing "Biarkan Kole Kole Terus Melaju" saya menemukan "Buku .. oh .. Buku" dan ingin berbagi buku lain berjudul "Kerudungku Yang Malang" yang diterbitkan oleh Kongregasi Suster-suster CB. Semoga bermanfaat. Salam kenal. Terry", yang berkunjung ke blog saya ini dan berbagi info buku yang berjudul Kerudungku Malang: Sebuah Percikan Permenungan.

Berikut ini sedikit ulasan mengenai buku Kerudung Malam : Sebuah Percikan Permenungan yang dikirimkan oleh Mba Terry.


Kerudungku Malang:
Sebuah Percikan Permenungan

Oleh: Fransiskus Borgias M., Drs.,MA.

Pengantar
Di sini, saya mau mengajukan beberapa hal penting. Pertama, sungguh menggembirakan bahwa akhirnya terbit seri kedua hasil karya para suster CB dengan judul menarik, Kerudungku Malang. Terbitnya buku ini adalah pertanda yang sangat baik, karena ini berarti kita semakin melek huruf secara fungsional. Kita tidak lagi berada pada tahap melek huruf literal. Artinya kita sudah bisa memakai huruf-huruf secara fungsional dalam rangka transformasi hidup dalam artian seluas-luasnya. Selain itu, menurut saya, kelancaran dan kemampuan menulis adalah pertanda kelancaran bertutur dan kelancaran berpikir. Sebentuk kemampuan menata cara berpikir yang tertuang secara tertulis. Jelas ini adalah loncatan besar dan penting. Sebab saya yakin peran kita di ruang publik akan ditentukan oleh kelancaran kita bertutur. Terbitnya buku ini adalah pertanda bahwa perempuan katolik mulai banyak berbicara, bersaksi tentang kehidupan.


Kedua, saya mau menceritakan pengalaman saya saat novisiat dulu sehubungan dengan perkenalan saya dengan Rm.Sindhunata, penulis pengantar buku ini. Pengalaman itu saya anggap sangat penting untuk disampaikan dalam konteks pergulatan Media-CB ini. Ketika baru tiga bulan meninggalkan kampung halaman untuk masuk novisiat OFM di Yogyakarta, kami semua keracunan ikan tongkol di Papringan. Maka kami diangkut dengan becak ke Panti Rapih. Ketika pusing menanti layanan di gawat darurat, seseorang mendekati kami dan menanyakan sesuatu. Kebetulan saya tidak begitu parah sehingga saya banyak menjawab pertanyaan dia. Besoknya, muncul berita di Kompas halaman satu, biarawan fransiskan di Papringan, keracunan tongkol. Ternyata yang berbicara dengan saya adalah wartawan Kompas. Orang itu ialah Fr.Sindhunata yang sekarang menjadi Rm.Sindhunata. Hari ini adalah pertemuan saya yang kedua dengan dia, tetapi bukan lagi antara wartawan dengan sumber berita yang keracunan tongkol, melainkan sebagai sesama narasumber. Saya ceritakan kisah ini dengan harapan dan menantang agar para suster CB berani menekuni profesi wartawati. Mengapa tidak? Saya yakin dan optimis bahwa biarawati-wartawati pasti mempunyai sumbangan khas dan unik.

Ketiga, catatan mengenai judul. Semula saya punya catatan khusus mengenai judul buku. Judul itu mendorong saya bertanya: Mengapa kerudung itu malang? Seakan-akan kerudung itu adalah sesuatu yang disesali. Tetapi setelah membaca konteks kisahnya, barulah tampak apa yang dimaksudkan dengan judul itu. Yang jelas ketika saya membacanya untuk pertama kalinya, saya langsung teringat akan serial sandiwara radio tahun 90-an, Ibuku Malang Ibuku Tersayang (IMIT). Tetapi apa yang tersirat di balik sandiwara radio ini bukanlah yang dimaksudkan dalam buku ini. Untung ada perubahan yang dibuat dalam poster sambutan pada hari H. Kerudungku malang, Selalu Kusayang. Tidak hanya malang, melainkan selalu disayang.

CB Media
Buku ini diterbitkan oleh CB-Media. Ini luar biasa. CB punya penerbit sendiri. Ini terobosan yang luar biasa besar. Ini sangat penting karena dengan adanya penerbit ini berarti CB mempunyai ambisi historis besar yaitu menulis dan mencetak buku sebagai bentuk komunikasi diri dan sebagai bentuk kerasulan. Ingat bahwa di level internasional ada juga para suster yang bergerak di penerbitan ini. Salah satu yang terkenal ialah para pastor dan suster Maryknoll itu. Juga Sisters of St.Paul yang mengkhususkan diri pada kerasulan media massa (penerbitan). CB menelusuri peluang dan kemungkinan baru ini.

Buku adalah sebentuk material culture. Seorang pemikir Amerika pernah berbicara tentang apa yang ia sebut sebagai material Christianity. Yang ia maksud ialah segala warisan kultural yang erat terkait dengan Kristianitas itu, terlebih yang secara jelas diilhami oleh insight dari iman dan spiritulitas Kristiani. Terbitnya serial buku ini (saya berharap ini bukan yang terakhir, bukan angat-angat tahi ayam, hanya dalam rangka ulang tahun dan pengenangan belaka, melainkan sebuah strategi jangka panjang dan berkelanjutan) adalah sebentuk material culture CB. Eksistensi buku sebagai material culture ialah bahwa ia bisa menjadi cultural bridge atau jembatan antar generasi. Buku yang kita bahas hari ini berisi kesaksian dan pengalaman hidup (life witness, life experience). Dalam artian itu, buku ini dan buku-buku lain serupa ini kelak menjadi memoria continua collectiva. Artinya ia menjadi kenangan bersama berkelanjutan, terus menerus, dari waktu ke waktu, dari angkatan ke angkatan. Buku ini akan menjadi sebuah mata rantai sejarah kesaksian dan simfoni pastoral para suster.

Dalam artian itulah kisah-kisah dapat menyelamatkan kita. Tetapi dalam arti apa? Menyelamatkan dalam arti bahwa kisah-kisah itu dapat memaknai hidup kita sekarang dan di sini. Saya yakin kisah-kisah itu juga dapat memaknai hidup orang lain di sekitar kita, maupun orang lain di masa yang akan datang. Kisah hidup adalah pertanggung-jawaban historis eksistensi kita di dunia ini. Pertanggung-jawaban itulah yang memaknai kehidupan secara keseluruhan. Pertanggung-jawaban itu juga yang dapat mendatangkan efek transformasi besar secara sosial dan eksistensial. Mengapa? Karena semua kisah itu adalah kesaksian dalam kata dan tindakan, dalam perbuatan nyata. Ini adalah kesaksian iman, iman yang tampak dalam perbuatan, iman yang dibuktikan dalam perbuatan, seperti kata Yakobus (Yak.2:20). Kisah membuat kita mempunyai kaitan, jaringan koneksi secara sosial dalam hidup ini. Kisah membuat kita tahu kita berasal dari mana, dan ke mana kita akan pergi. Itulah makna paling mendalam dan mendasar dari kisah sebagaimana ditegaskan antara lain oleh teolog seperti Robert J.Schreiter.


Simfoni Pastoral CB
Ketika masih kuliah teologi di Seminari Tinggi Kentungan Yogyakarta, saya pernah membaca buku dari pengarang Perancis, Andre Gide, berjudul Simfoni Pastoral. Buku itu sangat indah dan menarik. Isinya ialah tentang karya layanan pastoral seorang pendeta yang memberi perhatian khusus pada seorang wanita buta bernama Gertrudis. Karena buta maka perempuan itu lebih banyak berdiam diri, dan berkesan seperti seonggok daging dari pada manusia. Tetapi berkat pendampingan pastoral sang pendeta, onggokan daging tadi benar-benar menjadi sempurna dan bahkan menjadi pemain piano handal.

Buku ini adalah Simfoni Pastoral suster CB, karena dalam buku ini dikisahkan pengalaman keterlibatan pastoral para suster CB khususnya di Timur Indonesia.

Dalam buku ini kita dapat melihat dan membaca bagaimana para suster CB terlibat dalam karya layanan pastoral terhadap orang sakit, orang kusta, orang bisulan, terluka, orang yang tersisih dari percaturan ekonomi. Bahkan juga orang yang buta huruf. Kehadiran mereka mendatangkan efek transformasi yang luar biasa bagi masyarakat di sekitar yang mereka layani. Jadi, ini adalah kesaksian pastoral para suster CB. Ini adalah partisipasi nyata para suster CB dalam karya pelayanan pastoral. Para suster CB sadar betul akan arti penting dari teks Mateus 25:31-40 itu. Apa saja yang kamu lakukan bagi saudaraku yang paling kecil dan hina-dina ini, kamu lakukan untuk Aku. Sebuah identifikasi diri dengan kaum kecil dan hina dina. Kalau dalam teologi pembebasan kita mendengar semboyan agung preferential option for the poor, maka seluruh buku ini adalah kesaksian nyata para suster CB ke arah teologi pembebasan. Bahkan ada suster yang berani mengubah ungkapan itu menjadi option with the poor.

Berkembang Mekar Di Manapun Berada
Para suster CB yang membagikan kisah dan pengalaman hidup dalam buku ini adalah misionaris domestik (disebut demikian juga oleh seorang penulis dalam buku ini). Kalau dulu para misionaris berasal dari Belanda, maka sekarang bisa berasal dari dalam negeri sendiri. Kebetulan dalam buku ini sebagian besar mereka adalah berasal dari Jawa. Sebagai misionaris mereka harus meninggalkan tanah kelahiran mereka, yang amat mereka cintai, dan harus berkarya di tanah yang jauh. Mereka tinggal di pengasingan, bahkan mungkin ada juga yang menganggapnya sebagai pembuangan.


Ketika membaca kesaksian seperti itu saya tiba-tiba teringat akan apa yang pernah saya tulis. Beberapa tahun silam saya menulis buku tentang kotbah-kotbah Antonius Padua. Salah satu renungan yang saya ulas dalam buku itu adalah mengenai hidup kudus. Antonius mengajukan prinsip sederhana: berkembang dan bertumbuh subur di mana saja kau berada. Jangan pernah menyesali tempat di mana kau berada. Jangan mengutuk tempat di mana kau berada. Melainkan mulailah berusaha memberi makna dari kehadiran anda di tempat di mana engkau berada dan hadir. Seperti halnya Antonius Padua sendiri, ketika sudah memutuskan untuk menjadi Fransiskan, ia taat saja pada pimpinannya. Walau ia doktor teologi dan pandai berkotbah, ia rela menerima penugasan di biara sebagai tukang cuci piring di dapur. Tetapi dasar permata, biarpun di taruh tempat tersembunyi, ataupun di lumpur sekalipun, ia akan bersinar. Itulah yang terjadi dengan Antonius. Ia bersinar dari tempatnya yang sederhana, untuk kemudian dipercayai dengan tugas-tugas yang lebih besar dan lebih berat lagi.

Salah satu hiburan paling menarik dalam menjalani karya layanan pastoral ialah mencoba menikmati keindahan alam raya di sekitar. Memang kontemplasi alam bisa menyeret orang ke dalam kemurungan, melankolik. Seperti yang dialami si suster yang rindu Jawa itu, yang karena itu pergi ke pantai dan menikmati laut sambil membayangkan bahwa di salah satu titik di kaki langit nun jauh di sana, terletak Jawa yang dambaannya. Tetapi, umumnya orang terhanyut dalam daya pesona mistik tatkala menikmati alam semesta. Hal itu tidak mengherankan karena kita pun bisa memuji dan memuliakan Allah lewat ayat-ayat alam, dan tidak hanya lewat ayat-ayat kalam. Hal itu sudah terbukti efektif dalam kitab suci. Simak pengalaman pemazmur 8 itu. Ia meloncat dari keindahan kosmis sampai kepada kesadaran akan keagungan pencipta, Khalik. Jadi, ia meloncat dari ayat-ayat alam menuju kepada seru segala alam, Allah sendiri.

Secara khusus saya sangat tertarik dengan pengalaman seorang suster yang dalam kesunyian malam Kamis Putih, ketika tidak bisa kembali ke Komunitas karena hujan tidak berhenti, akhirnya sekali lagi “terpaksa” bermalam di rumah ketua stasi. Untung bahwa dia menginap semalam lagi, karena pada malam itu, ia mendapat penghiburan yang tiada terkira indahnya. Malam itu ada pohon beringin di pinggir hutan yang terang benderang karena di pohon itulah kunang-kunang berkumpul, mungkin sedang musim kawin, mungkin juga sedang merayakan pesta. Yang jelas, kehadiran mereka malam itu, membuat pohon itu bercahaya, bak lilin paskah raksasa. Sebuah pengalaman mistik kosmik yang tidak akan dialaminya kalau sore itu hujan tidak berkepanjangan. Tiba-tiba suster sadar bahwa Tuhan selalu membuat indah segala sesuatu tepat pada waktunya (Pkht.3:11). Tinggal kita menunggu dengan sabar waktu Tuhan itu, chairos.

Mencintai Daerah Misi
Buku ini juga menggambarkan suatu perubahan sikap dan pandangan dalam memandang daerah misi. Sebuah paradigm-shift. Ada yang memandang daerah misi itu sebagai tanah asing, tanah pembuangan, tanah yang menakutkan. Maka muncullah dalam hati misionaris rasa takut akan daerah misi. Ini adalah sesuatu yang wajar dan manusiawi, yang bisa dan biasa menimpa siapa saja tatkala untuk pertama kalinya melangkah ke terra incognita. Buku ini memberi kesaksian penting bahwa setelah lewat pengalaman dan pertaruangan yang nyata dengan kehidupan dan dengan manusia yang dilayani dalam karya layanan pastoral mulailah terjadi jatuh cinta, terjadi pergeseran, dari takut akan ke cinta akan daerah misi. Tanah misi lama kelamaan menjadi tanah air kedua, rumah kedua, yang amat dicintai. Bahkan ada cinta seperti si pemazmur itu yang bisa berkata: cinta akan rumahMu membakar hatiku (Mzm.69:17; Yoh.2:17).


Pergeseran ini penting digaris-bawahi, sebab daerah misi bukan penjara, ia bukan neraka. Daerah misi adalah ruang hidup, Lebensraum, kata orang Jerman, karena di sana ada manusia yang perlu disapa, dilayani, dan terutama dicintai, perlu diberi per-hati-an, diberi hati, misericordia, hati yang mampu ikut merasa perih, perihatin (itulah arti dasar kata misericordia dalam Latin). Sebab kekuatan seorang misionaris terletak dalam kenyataan bahwa ia mampu memberi hati kepada orang yang dilayaninya di tanah misi. Tanpa memberi hati, orang akan sulit betah tinggal dan melayani di suatu tempat tertentu. Yang ada hanyalah rasa kecewa dan frustrasi, dan kemandulan dalam hidup rohani.


Di sini saya teringat akan kesaksian hidup seorang pastor Fransiskan pertama dari Flores, P.Florianus Laot OFM. Ia membaktikan hampir seluruh hidupnya dengan bekerja di paroki pedalaman Manggarai, jauh dari keramaian, jauh dari kemewahan, jauh dari kemudahan seperti yang dinikmati Fransiskan lain yang bekerja di Jawa. Konon pada suatu hari ia dikunjungi oleh seorang Fransiskan lain yang juga berasal dari Manggarai, tetapi bekerja di sebuah keuskupan di Jawa Barat. Ketika Pastor dari Jawa itu tiba di pastoran Pater Flori, hari sudah malam. Tidak ada listrik, tidak ada televisi. Yang ada hanya bunyi ayam, bunyi kodok di sawah, dan jangkrik yang dilanda cinta bersemi. Semuanya serba sederhana dan alami. Sunyi. Sekali. Mengalami dan menyaksikan semua ini, pastor tadi bertanya kepada pastor Flori: “Flori, bagaimana kau bisa tahan di sini?” Dengan tenang pastor Flori menatap mata pastor itu dan menjawab: “Pater, saya tidak pernah tahan, saya hidup. Justeru karena saya hidup, maka saya tahan.” Dari cerita ini tampak bahwa memang ada pandangan yang berbeda. Yang satu memandang segala sesuatu di sekitar sebagai kesulitan sehingga ia mencoba bertahan. Yang lain (P.Flori) memandang segala sesuatu sebagai ruang hidup, tempat ia berada. Maka ia hidup.

Menjadi Misioner
Saya mau secara khusus membuat catatan tentang Flores. Pulau ini sejak awal menjadi daerah misi. Misionaris yang hadir di sana ialah SVD dan SSpS. Kehadiran suster CB mulai sejak tahun 70-an di Flores Timur. Di Flores Barat (Manggarai) baru mulai tahun 90-an. Dewasa ini, Flores menjadi sumber misionaris (imam, bruder, suster) yang hadir di pelbagai negara di dunia ini. Flores mengalami transformasi: dari daerah misi menjadi daerah yang mengirim misionaris. Kehadiran suster CB tentu memainkan peranan besar dalam hal itu walau mereka baru ikut belakangan dibandingkan dengan pastor SVD dan suster SSpS. Transformasi ini pertanda kematangan iman Kristiani di sana, bahwa iman Kristiani berurat-berakar di sana. Sebab dari sejarah gereja kita tahu bahwa di mana iman Kristiani berurat-berakar, dari sana akan muncul benih panggilan membiara, panggilan imamat. Itulah kehadiran transformatif biarawan-biarawati, imam, termasuk suster CB di dalamnya. Sebab tidak bisa disangkal bahwa kehadiran mereka mendatangkan efek transformasi kultural dan transformasi spiritual bagi orang setempat.


Dari sejarah gereja Barat kita tahu bahwa suatu saat Irlandia disebut sebagai white martyrs peninsula. Itu adalah julukan yang diberikan kepada Irlandia. Proses Kristianisasi Irlandia berlangsung agak belakangan dibandingkan dengan Roma. Bahkan misionaris berasal dari Roma. Itu sebabnya di Irlandia tidak terjadi kemartiran berdarah itu. Tetapi, Irlandia dikatakan menyumbangkan martir yang khas yaitu, martir tidak berdarah. Karena itu disebut pulau martir putih. Disebut demikian karena pada suatu masa, Irlandia penuh dengan biara (biarawan, biarawati). Berbeda dengan Kristianitas Eropa Daratan, kristianitas Irlandia itu berpusat pada kerahiban. Yang menjadi pemimpin bukan uskup melainkan abbas. Ini adalah monastery centered society. Gaya hidup seperti ini diharapkan mampu mendatangkan efek transformatif dan ilham hidup rohani, sosial, dan hidup liturgi umumnya. Seluruh tata hidup diatur menurut lingkaran tahun liturgi. Saya bermimpi, semoga suatu saat kelak, Flores itu juga akan menjadi white martyrs island. Dan itu terjadi berkat kehadiran para biarawan-biarawati di sana.

Percikan Filsafat Manusia
Buku ini, walau kisahnya sederhana, mengandung beberapa percikan filsafat manusia. Saya sadar akan hal ini ketika membaca pengantar dari Rm.Sindhunata.
Yang diutarakan di sini adalah upaya mengungkapkan insight beliau dengan bahasa dan kata saya sendiri.
Dalam buku ini kita akan melihat pelukisan mengenai manusia sebagai homo laborans. Nuansa yang terkandung di sini adalah kerja keras. Kita bisa membaca dari buku ini bagaimana para suster bekerja keras, pantang menyerah, tidak tunduk pada kesulitan dan kekurangan. Mereka bahkan terdorong menjadi kreatif dalam kekurangan dan kelangkaan. Mereka kreatif mencari dan menciptakan peluang. Mereka rela menderita di dalam karya pelayanan mereka. Selain homo laborans, ada juga citra manusia homo faber. Ya manusia adalah pekerja, yang sejak semula dipanggil untuk bekerja. Cukup kita baca kitab Kejadian itu maka kita akan yakin akan hal ini. Di sana dikatakan bahwa manusia diperintah Allah untuk mengolah bumi ini (Kej.1:26-28). Dengan bekerja manusia ikut ambil bagian dalam karya penciptaan Allah untuk mengubah dunia dengan ilham roh pembaharu yang suci (seperti didengungkan dalam lagu Datanglah Roh Mahakudus itu). Dengan bekerja, manusia melayani dan mengabdi sesama, mengabdi kepada kemanusiaan.


Hidup dan karya tidak selalu berjalan mulus dan lancar. Ada banyak kesulitan dan tantangan. Tidak jarang kesulitan dan tantangan itu membuat kita putus asa. Tetapi buku ini menampilkan citra manusia sebagai homo sperans, manusia yang berharap, to hope against all hopes. Para suster memperlihatkan cakrawala hidup iman yang mengandung harapan. Itu tidak lain karena ada kasih. Sebab seperti kata Paulus, demikianlah tinggal ketiga hal ini, iman, harapan, dan kasih, dan yang paling besar dari ketiganya adalah kasih (1Kor.13:13). Kasih itulah yang menimbulkan iman dan harapan. Iman dan harapan membuahkan optimisme. Karena itu orang tidak lumpuh atau terhimpit di bawah kesulitan dan tantangan hidup, termasuk tantangan di daerah misi, juga kekurangan misionaris itu sendiri. Dengan getar-getar nada pengharapan, para suster melabuhkan semuanya dalam samudera kasih Allah, kasih yang sudah lama tetapi selalu baru, kata Agustinus (Oh keindahan lama yang selalu baru, terlalu terlambat aku mencintaimu).

Orang bisa berharap karena hidup doa yang kuat dan mendalam. Buku ini juga menampilkan sosok manusia sebagai homo orans, manusia adalah makhluk pendoa. Ini adalah salah satu kekhasan manusia yang membedakannya dari ciptaan lain. Hanya manusia yang bisa berdoa dan mengungkapkan doa itu secara verbal. Dalam suasana doa orang merasa bahwa Tuhan hadir dalam setiap saat dan langkah hidup mereka. Mereka tidak pernah ditinggalkan sendirian. Seperti kata syair sebuah nyanyian Rohani yang akrab di telinga saya: I will never forget you my people, I have carved you on the palm of my hand, I will never forget you, I will not leave you orphan, I will never forget my own.
Keyakinan ini hanya bisa muncul dalam doa. (Walau tidak disangkal bahwa orang juga bisa gagal dan kecewa dalam doa). Orang merasa bahwa Allah bekerja secara tidak kelihatan, ada tangan ajaib, tangan yang tidak kelihatan, the invisible hand, sebagaimana diyakini pendiri Kongregasi, Ibu Elizabeth Gruyters. Tangan yang tidak kelihatan itu yang akan menentukan; dia yang membawa kemenangan, tangan yang tidak terkalahkan, tangan perkasa, tangan kanan Tuhan, the invincible hand, sebagaimana tampak dalam syair lagu ini: Tangan kanan Tuhan telah memperlihatkan kekuatan, tangan kanan Tuhan telah menjunjungku, maka aku tak akan mati, melainkan hidup abadi.

Di atas sudah diajukan sosok manusia pekerja, homo faber, homo laborans, dan baru saja dikemukakan sosok manusia pendoa, homo orans. Sebuah perpaduan yang sangat baik, yang sudah punya tradisi yang sangat panjang dalam sejarah Kristianitas, ora et labora, berdoalah dan bekerjalah, sebuah tradisi yang dimulai sebagai disiplin rohani oleh Benediktus, yang sangat ditekankannya kepada rahibnya, Benediktin. Sebagaimana sudah menjadi tradisi dalam sejarah hidup membiara, perpaduan itu juga ditampakkan sekali lagi dan terus menerus sekarang dan di sini. Dalam kesaksian hidup Suster CB, tampak secara kuat dan nyata bahwa doa adalah kekuatan kerja dan karya pelayanan. Tanpa doa, karya pelayanan menjadi hampa makna, karena tidak mempunyai roh yang mengilhami dan menjiwainya.

Selanjutnya kita juga merasakan adanya citra manusia sebagai homo ridens, yaitu manusia sebagai makhluk tertawa. Tertawa atau tersenyum adalah bahasa jiwa untuk mengakrabi dunia dan sesama. Kalau hari dimulai dengan tawa dan senyum, maka hari itu selanjutnya akan ditandai damai sejahtera. Tawa dan senyum adalah pertanda bahwa manusia sedang dilanda rasa senang, gembira. Dalam buku ini kita dapat menemukan banyak peristiwa yang menimbulkan daya dorong dalam diri kita untuk tertawa dan tersenyum. Misalnya, canda para suster dalam buku ini. Tetapi tidak hanya itu saja. Tertawa yang saya maksudkan di sini adalah termasuk kemampuan untuk menertawakan diri sendiri. Ini adalah bahasa lain dari kemampuan melakukan otokritik, kritik terhadap diri sendiri. Sebab kemampuan melakukan otokritik, adalah bentuk atau tanda kedewasaan dan kematangan serta kearifan diri. Sebab tidak semua orang mampu melakukan otokritik ini. Ada yang terhalang oleh keangkuhan yang terlalu besar.

Erat terkait dengan homo ridens ini adalah citra manusia sebagai homo ludens, manusia yang bermain, sebagaimana pernah dikembangkan dengan sebagai tema filsafat manusia oleh filsuf Belanda, Johan Huizinga. Hidup adalah bermain. Hidup adalah permainan. Walau tidak boleh dipermainkan, sebagaimana dikatakan oleh Nicolaus Driyarkara dalam sepenggal puisinya tentang main, bermain, dan permainan. Citra homo ludens itu tampak dalam beberapa tulisan dari para suster ini. Menghadapi hidup ini sebagai sebuah permainan, bisa mendatangkan efek sukacita dalam hidup. Sukacita dalam hidup bisa membuat hidup itu menjadi ringan untuk dijalani. Tidak lagi menjadi beban, juga bukan sebuah hukuman ala Sisiphos.

Menanti Ayat-ayat Cinta Biarawati?
Saya harus jujur membahas buku ini. Saya harus mengatakan bahwa masih ada yang kurang atau tidak tampak ke permukaan dalam buku ini. Mungkin ia hanya berada pada arus bawah. Yang saya maksudkan ialah bahwa dalam buku ini tidak ada kisah mengenai Suster jatuh cinta, pengalaman mencintai dan dicintai. Saya kira ini sangat perlu, pertama, karena suster adalah manusia, perempuan, yang punya rahim, yang bersifat rahim. Kedua, karena kalau pengalaman manusiawi dan ilahi ini ditampilkan, maka akan memberi kesan kepada umat, sisi yang amat manusiawi dari kehidupan biarawan, biarawati. Yang jelas mereka bukan malaekat, walau mereka harus hidup seperti malaekat, yaitu tidak kawin dan tidak dikawinkan (bdk.Mat.22:30).

Saya menekankan hal ini karena terilhami oleh sebuah buku yang pernah saya baca dan terjemahkan. Ada seorang pengarang Fransiskan Amerika bernama Murray Bodo OFM. Menurut pengakuannya ia pernah mengalami krisis panggilan, dan diduga krisis itu terkait dengan pengalaman jatuh cinta. Ia mencoba mengolah pengalaman itu dengan menggali misteri hubungan Fransiskus dan Clara. Hasilnya? Ia berhasil menulis dua buku yang sangat bagus. Yang satu mengenai Fransiskus; yang lain mengenai Clara. Kedua buku itu sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Hasil terbaik ialah, ia berhasil mengolah krisis itu sehingga menjadi sesuatu yang menyuburkan hidupnya.

Tentu dalam pengalaman seperti ini ada perasaan sepi. Pengalaman itu direfleksikan secara mendalam sehingga menjadi ruang sunyi dan suci untuk menyuburkan hidup batin dan hidup rohani. Hati manusia tercipta untuk mencinta, karena manusia adalah citra Allah kasih, Deus est Caritas, kata Yohanes (1Yoh.4:8.16), yang menjadi judul ensiklik pertama Paus Benediktus XVI. Pengalaman jatuh cinta adalah wajar, manusiawi, dan sekaligus ilahi. Sebab Allah sendiri yang menggerakkan manusia untuk saling jatuh cinta, dan untuk saling mencintai. Tetapi dalam konteks hidup perawan demi kerajaan Allah, panggilan mencinta itu ditutup atau tidak dimungkinkan. Namun hakekat cinta tetap ada. Dari situlah muncul pengalaman sepi. Tetapi kesepian itu bisa menyuburkan dan menghidupkan, bahkan bisa menghidupkan cinta itu sendiri. Itulah sebabnya ada seorang pengarang rohani yang berani berkata bahwa loneliness is for love. Kesepian dan kesendirian adalah dimaksudkan untuk membangun cinta.

Alangkah baiknya kalau pengalaman unik jatuh cinta ini disharingkan juga. Sebab hanya para biarawan dan biarawati sajalah yang bisa melakukan hal itu. Bagaimana hati ditutup untuk mencintai, tetapi sekaligus terbuka untuk cinta dan mencinta juga. Paradoks bukan. Tetapi itu kenyataannya. Problema cinta biarawan dan biarawati adalah bagaimana berjuang untuk tidak mulai memiliki satu orang secara khusus dan eksklusif. Pengalaman itu hanya dimiliki oleh mereka. Kalau kisah cinta seorang suami dan isteri, sudah banyak yang mengisahkannya. Kalau kisah perjuangan cinta dan kesetiaan dan pengorbanan dalam relasi suami isteri sudah banyak yang mengisahkannya. Kalau kisah perjuangan cinta dan kesetiaan seperti dalam film Ayat-ayat Cinta itu sudah banyak yang mengisahkannya. Kisah calon biarawati yang keluar karena mencintai seorang pria, sudah ada yang mengisahkannya dan bahkan membuatnya menjadi film musikal yang sangat terkenal. Tetapi persoalan cinta para biarawan dan biarawati pasti itu sangat unik dan sangat problematik. Sebab mereka ditakdirkan untuk mencinta tetapi tidak untuk memiliki, misalnya dalam bentuk perkawinan. Itulah dinamika dan tantangannya.

Penutup
Akhirnya, sekali lagi saya harus mengatakan bahwa seluruh buku ini adalah pelukisan sangat sederhana mengenai hidup nyata para biarawati CB. Sebuah pelukisan yang sangat realistik. Di sana terkandung sukacita, harapan, ketakutan, kecemasan. Ada cinta dan perjuangan, ada putus asa, ada kecewa, ada protes, ada pemberontakan. Ada terang, ada gelap. Buku ini mengandung ucapan syukur atau eucharistia para suster CB. Ada perjuangan. Kekuatan buku ini, yang sederhana, terletak dalam kenyataan bahwa buku ini berhasil memberi gambaran para suster sebagai manusia biasa. Namun, mereka punya semangat bekerja dan semangat pelayanan yang sangat tinggi. Luar biasa. Itu tidak lain karena mereka punya daya kekuatan ekstra karena merasa dirahmati Allah senantiasa. Dalam buku ini, tampak bahwa siapa menabur kasih akan menuai kasih, sukacita, damai sejahtera. Siapa yang hidup di dalam roh akan menghasilkan buah-buah Roh. Akhirnya, buku ini juga membuktikan sebuah tesis biblis yang sangat terkenal ini: barang siapa setia dalam hal-hal kecil, kepada mereka akan dipercayakan hal-hal besar. Para suster menjadi besar justeru dari dan karena hal-hal kecil.


Daftar Pustaka:
1). Andre Gide, Simfoni Pastoral, PT Jembatan, Jakarta, 1987.
2). Eugene Kenedy, Loneliness for Love,
3). Murray Bodo OFM, Clara, Cahaya Dalam Taman, Nusa Indah Ende, 1996.
5). Robert Schreiter, Ministry of Reconciliation, Maryknoll, Orbis Books, 1993.
6). Hetty Sriwijayanti, Biarkan Kole-kole Terus Melaju, Visi Media, 2007.
7). Hetty Sriwijayanti, Kerudungku Yang Malang, CB-Media, 2008.
8). Fransiskus Borgias M., Devosi Santo Antonius, Yayasan Pustaka Nusatama, 2005.

Jumat, Juli 11, 2008

Love, Hate & Hocus Pocus



Buku : Love, Hate and Hocus Pocus

Penulis : Karla M. Nashar

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Ukuran : 13.5 x 20 cm

Tebal : 264 halaman

Harga : Rp. 38.000,-






Love, Hate and Hocus Pocus ini adalah buku keempat yang di tulis oleh Karla M. Nashar, yang sebelumnya Bellamore, From Batavia With Love dan Sebelum Cahaya telah di luncurkannya lebih dulu. Buku yang masuk ke dalam kategori MetroPop ini menyajikan cerita yang memadukan antara kehidupan nyata dengan sedikit tambahan unsur magic didalamnya membuat cerita semakin menarik. Bagaimana tidak, cerita yang diawali dengan prolog "Gadis dan Troy, sepasang musuh nomor satu yang terbangun naked berdua di ranjang yang sama. Tanpa sehelai benang pun di tubuhnya ?! ARGHHH !!!!!!!!!!!!!!", akan membuat pembaca buku ini ingin segera menamatkannya. (contohnya adalah salah satu sahabat yang saya pinjamkan buku ini. Dia membaca buku ini di Bandara sembari menunggu Sang Ibunda yang dia jemput. Keesokkan harinya, "LHHP nya sudah sampai dihalaman 220 ya, sebentar lagi kelar, bagus banget!")

Diawali dengan dipromosikannya GADIS PARASAYU, Manager Humas Biocel Pharmacy Indonesia (BPI)ke kantor pusat, lalu bertemu dengan TROY MARDIAN, Manager Marketing Senior Biocel Pharmacy Indonesia yang merupakan rekan kerjanya, sekaligus musuh besarnya. Hate at first sight, sebut saja begitu untuk menggambarkan hubungan mereka berdua. Dari awal bertemu, pertengkaran dan perserturuan tidak pernah terelakkan.

Digambarkan Gadis adalah seorang wanita Indonesia yang cantik dan cinta akan produk-produk negeri sendiri, mandiri, pintar dan sopan. Troy adalah seorang laki-laki tampan yang bersikap kebule-bulean, selalu ingin mendapat dan melakukan hal dengan sempurna, arogan dan percaya diri karena dia merupakan salah satu seleb yang sering menjadi model majalah-majalah pria terkenal Ibukota, The Most Eligible Bachelor in Indonesia versi konsorsium 10 TV swasta nasional, 30 radio swasta seluruh Indonesia, 15 majalah lifestyle dan 20 tabloit, barang-barang yang dimiliki harus designer label dan selalu mempertahankan imej metroseksualnya.

Gadis menganggap Troy sebagai mahluk yang sok sempurna dan angkuh, dan Troy pun menganggap Gadis wanita ketinggalan jaman, tidak termasuk wanita kosmopolitan karena suka dengan barang-barang merek lokal.

Tiada hari tanpa bertengkar, dari hal kecil yang tidak penting sampai dalam menghadapi permasalahan pekerjaan menyangkut produk Dhemoticyl yang beredar dipasaran yang dikacaukan oleh oknum dari salah satu kompetitor perusahaan BPI. Atasan mereka Pak Irawan selaku Presiden Direktur BPI pun sudah tidak merasa aneh dengan sikap mereka berdua yang tidak berhenti saling otot-ototan, kemudian menugaskan Gadis dan Troy untuk menyelesaikan masalah tersebut bersama, yang hasilnya julukan The Dynamic Duo disandang mereka setelah berhasil menyelesaikan kasus Dhemoticyl.

Peristiwa luar biasa terjadi pada Gadis dan Troy saat mereka menghadiri pesta merayakan hari ulang tahun BPI, mereka berdua hadir dengan hubungan diantaranya masih dengan perseturuan yang tak kunjung habisnya, sampai seorang gadis gipsi yang menjadi salah satu pengisi acara di pesta tersebut merasa tersinggung oleh ulah Gadis Dan Troy, lalu dia pun mengucapkan mantra kepada Gadis dan Troy yang kemudian merubah kondisi mereka berdua.

Mereka tersadar dari tidurnya dengan kondisi satu ranjang tanpa busana dan cincin kawin sudah melingkar di jari manis mereka masing-masing, serta bayangan kenangan indah yang kabur sudah beberapa hari kebelakang mereka alami. Apa yang sudah terjadi? Dengan rasa yang saling tidak percaya antara mereka, bisa dibilang tidak masuk akal, mereka menikah dan tinggal bersama di penthouse milik Troy. Pertengkaran mereka mulai mereda saat Troy berubah 180 derajat setelah mengetahui dari dokter bahwa Gadis mengandung anaknya, Jr. Troy. Gadis yang masih belum terima perlakuan Troy kepadanya membuat dia berpikir negatif dan tidak percaya atas semua kebaikan dan perhatian yang tiba-tiba itu, sementara itu Troy tetap dengan sikapnya yang memanjakan Gadis dan calon Jr. Troy, for my little pumpkiens.

Hmmm, mau tau bagaimana Gadis dan Troy bisa mendadak menikah? Dan bagaimanakah akhirnya? Cepat beli dan baca buku ini. Ceritanya ringan, menarik, unik dan sangat menghibur. Bravo for Karla !

INGAT! JANGAN BELI BAJAKANNYA atau MEM-PHOTO-COPY. Lebih baik pinjam saja, he he he.



Selasa, Juli 08, 2008

Renungan Srempet

Damai Tuhan.....

Assalamu'alaikum.....

Hari ini telah aku lepaskan kulit tua
Aku akan jalan tinggi dan tetap diantara orang-orang, siapapun tidak mengenal diriku lagi
Karena hari ini aku manusia baru, dengan semangat baru.
Aku tetap berjuang sampai berhasil, aku tidak dilahirkan didunia ini untuk kalah,
Faktar-faktar kegagalan pun tidak pernah mengalir dalam darahku.
Aku bukan domba-domba yang selalu menunggu perahan penggembalaannya, aku adalah singa
Singa dan aku menolak untuk bergaul, berjalan dan tidur dengan domba.
Tidak mau mendengarkan mereka-mereka yang menangis dan mengeluh karena penyakitnya menular.
Biarkan saja mereka berkumpul dengan domba, sebab rumah pejagalan untuk yang gagal bukan jalan hidupku.
Aku tetap berjuang sampai aku berhasil, kegagalan tidak akan menguasai diriku, bila tekadku untuk berhasil cukup kuat.
Waktu kecil aku dikuasai oleh naluri-naluri, tapi sekarang aku dikuasai oleh kebiasaan-kebiasaan.
Kebiasaan-kebiasaan baik adalah kunci menuju sukses, sedang...
Kebiasaan jelek adalah pintu terbuka menuju kegagalan.
Selalu akan ku melangkah lagi, bila tidak berhasil aku melangkah lagi dan lagi.
Sebenarnya setiap langkah tidaklah terlalu sulit, selama masih ada N A F A S dalam dadaku, selama itulah aku tetap berjuang.
Sebab aku sekarang mengetahui rahasia utama untuk sukses, bila aku berjuang cukup lama aku pasti M E N A N G. AKU BERJUANG SEKARANG...
Bila singa lapar ia makan Bila burung elang haus ia minum, kecuali mereka berusaha kedua-duanya.
AKU LAPAR......? Aku haus kebahagiaan dan ketenangan jiwa, kecuali aku berjuang sekarang, akupun akan binasa dalam kehidupan penuh kegagalan.
Kesengsaraan dalam malam-malam tidur tiada nyenyak, akan memberi komando, dan aku hanya mengikuti komando diriku saja.
Aku berjuang sekarang, sukses tidak bisa menunggu, BILA AKU TUNDA.
Ia akan disikat lain orang, dan tiada bagianku selamanya.
Ini saatnya, inilah tepatnya, akulah orangnya.

AKU BERJUANG SEKARANG

(Buku Harian Hitam)