Sabtu, November 08, 2008
Buyat, hari terus berdenyut
Buku : Buyat - hari terus berdenyut
Penulis : Denny Taroreh, Jamal Rahman; pengantar: AS Laksana
Penerbit : Banana Publisher
Ukuran : 21 x 21 cm
Halaman : 118 halaman
Harga : Rp. 60.000,-
Menurut saya buku ini buka yang sangat cantik. Didalamnya berisi hasil jepretan-jepretan DENNY SE TAROREH, dengan puisi yang cantik pula karya JAMAL RAHMAN dan KATAMSI GINANO.
Sang photographer mengabadikan gambar-gambar warga di Buyat Pante dengan luar biasa. Berawal Denny datang dan menembakkan kameranya pada hari ketika warga Buyat melakukan eksodus besar-besaran ke Duminanga, Juni 2005. Dari situ ia menyajikan kepada kita gambar-gambar dramatis yang terekam oleh kameranya pada saat itu. Orang-orang yang mengangkut barang-barang mereka. Wajah-wajah murung. Rumah yang dibakar. Denny memotret; Jamal menulis puisi. Buku mereka terbit dengan judul Eksodus ke Tanah Harapan.
Beberapa waktu setelah eksodus itu, Jamal dan Denny datang lagi ke Buyat Pante. Mereka memotret lagi. Tidak semua warga Buyat meninggalkan dusun mereka pada hari eksodus; sebagian warga yang eksodus pun beberapa waktu kemudian meninggalkan tanah harapan mereka dan pulang lagi ke tanah semula. Mereka kembali melaut dan merayakan tangkapan-tangkapan besar mereka. Anak-anak kecil bermain-main. Denny dan Jamal mengabadikan momen-momen keseharian itu.
Buku yang disajikan dengan indah, gambar-gambar yang memberikan pesan langsung dari warga Buyat Pante menghiasi tiap halamannya, dengan kumpulan-kumpulan kata indah tergores mendampingi gambar-gambar. Ditambah dengan pengantar yang dibuat oleh AS Laksana menambah makna arti dari isi buku yang disajikan ini makin dalam.
Sedikit cuplikan puisi-puisi Jamal dan Katamsi yang tergores di Buyat: hari terus berdenyut.
Harap
Aku telah berniat
Menjalin sejumput asa
Meski di hadapan
Hanya sebongkah harap
Dan di belakang
Seuntai mimpi
-Jamal Rahman, 2007-
Memang
Pilihan
Terus melangkah atau berpaling
Memang harus yang diabaikan
-Jamal Rahman, 2007-
Di mana Kau Kawan?
Aku belum bisa membaca almanak
Untuk tahu berapa musim telah merindukanmu
Bermain pasir dan pokok-pokok
Yang dihempas ombak di sini
-Katamsi Ginano, 2007-
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar